Bantimurung-Bulusaraung, Kerajaan Kupu-Kupu dari Jantung Karst Sulawesi

Lingkungan Terkini Wisata

Taman Nasional Bantimurung-Bulusaraung (TN Babul). Foto : TN Babul.

MAROS, KABAR SULSEL– Bila berkesempatan ke Makassar, jangan lupa sempatkan mampir dan menjelajahi Taman Nasional Bantimurung-Bulusaraung (TN Babul), yang memiliki hamparan ekosistem karst, air terjun, goa, dan ribuan kupu-kupu yang membuat naturalis legendaris Alfred Russel Wallace terpikat hingga menjulukinya The Kingdom of Butterfly.

Lokasinya di Kabupaten Maros, yang bisa dicapai tak terlalu jauh dari Bandara Internasional Sultan Hasanudin, Makassar, atau hanya sekitar satu jam perjalanan dari Kota Makassar.

Gerbang Karst Raksasa

Saat memasuki kawasan taman nasional, dinding-dinding karst menjulang setinggi katedral batu. Lanskap ini merupakan bagian dari bentang karst Maros-Pangkep, salah satu kawasan karst terbesar dan terindah di dunia.

Formasi batu kapur raksasa ini terbentuk dari jutaan tahun proses geologi, dan hingga kini menyimpan ratusan goa berornamen stalaktit dan stalagmit yang masih hidup.

Beberapa goa bahkan menyimpan lukisan prasejarah berusia puluhan ribu tahun, bukti bahwa kawasan ini telah lama menjadi rumah bagi manusia purba Sulawesi. Bagi para speleolog (peneliti goa), Maros adalah laboratorium alam yang tak ternilai.

Kerajaan Bersayap

Namun magnet sesungguhnya TN Babul terletak pada kupu-kupunya. Lebih dari 250 spesies tercatat hidup di kawasan ini, dari yang mungil berwarna pastel hingga yang bersayap lebar dengan corak eksotis. Di tepi air terjun Bantimurung, ratusan kupu-kupu sering terlihat beterbangan bersama, menciptakan tarian alami yang memukau mata.

Wallace sendiri mengoleksi ribuan spesimen dari sini pada abad ke-19, sebagian besar kini tersimpan di museum-museum sejarah alam dunia. Hingga kini, Bantimurung masih menjadi titik penting bagi penelitian entomologi dan konservasi serangga di Asia Tenggara.

Air Terjun dan Goa Misterius

Air terjun Bantimurung, dengan tinggi sekitar 15 meter dan lebar 20 meter, menjadi pusat rekreasi alami. Aliran airnya yang jernih membentuk kolam alami tempat anak-anak bermain dan keluarga bersantai. Dari sini, jalur setapak membawa wisatawan menuju goa-goa terkenal seperti Goa Mimpi dan Goa Batu, yang dihiasi stalaktit menjuntai seperti tirai kristal.

Lebih jauh ke dalam kawasan, terdapat Goa Leang-Leang yang berisi jejak lukisan tangan prasejarah. Telapak tangan merah yang melekat di dinding goa seakan menjembatani masa kini dengan kehidupan ribuan tahun lalu.

Rumah bagi Kehidupan Lain

Selain kupu-kupu, TN Babul juga menjadi habitat berbagai satwa endemik Sulawesi. Tarsius, primata mungil dengan mata sebesar kelereng, kerap terdengar suaranya di malam hari. Burung rangkong, elang Sulawesi, hingga anoa (kerbau kerdil endemik) juga menjadikan kawasan ini sebagai rumah. Setiap langkah seolah membuka halaman baru dari sebuah ensiklopedia alam hidup.

Antara Wisata dan Konservasi

Popularitas Bantimurung-Bulusaraung membawa berkah sekaligus tantangan. Di satu sisi, kawasan ini menjadi destinasi favorit wisata alam Sulawesi Selatan. Di sisi lain, tekanan wisata massal, perburuan kupu-kupu, hingga perubahan iklim mengancam keberlanjutan ekosistem.

Upaya konservasi kini gencar dilakukan, mulai dari larangan pengambilan kupu-kupu, pengawasan ketat terhadap habitat, hingga penelitian berkelanjutan. Beberapa komunitas lokal juga mengembangkan ekowisata dan edukasi, agar masyarakat sekitar turut merasakan manfaat sekaligus menjaga warisan alam ini.

Negeri yang Terus Menyihir

Bagi para pelancong, TN Babul bukan sekadar taman nasional. Ia adalah sebuah mosaik kehidupan, tempat geologi, biologi, sejarah, dan budaya berpadu. Di antara gemuruh air terjun, nyanyian serangga malam, dan kepakan sayap kupu-kupu, kita diingatkan bahwa dunia masih menyimpan keajaiban—dan keajaiban itu ada di jantung Sulawesi Selatan (Wan).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *