Taman Nasional Takabonerate.
MAKASSAR, KABAR SULSEL– Di ufuk timur Nusantara, terdapat sebuah provinsi yang sejak berabad-abad silam sudah menjadi pintu gerbang perdagangan dunia: Sulawesi Selatan.
Dari pesisir Makassar yang dulu ramai oleh kapal niaga rempah hingga pegunungan Toraja yang menyimpan kisah hidup dan mati, Sulsel seolah menenun sejarah, budaya, dan alam menjadi satu lanskap yang megah.
Makassar, ibu kota provinsi, berdiri kokoh sebagai wajah kosmopolitan timur Indonesia. Di sini, Benteng Rotterdam dan Benteng Somba Opu menjadi saksi bisu kejayaan Kerajaan Gowa-Tallo pada abad ke-16, ketika Makassar menjadi bandar internasional rempah-rempah.
Dinding batu tua yang masih berdiri hingga kini, seakan mengingatkan bahwa Makassar pernah menjadi simpul penting jalur sutra maritim Nusantara.
Jejak Laut dan Langit
Bagi pecinta bahari, Sulsel adalah surga. Pantai Losari, ikon Makassar seperti dikutip Kabar Sulsel dari laman Pemprov Sulsel, pernah diabadikan dalam film klasik Senja di Pantai Losari (1975). Senja di sini menghadirkan pemandangan dramatis: langit oranye keemasan berpadu dengan siluet kapal nelayan, sementara modernitas kota membingkai pesisir dengan hotel berbintang dan wahana hiburan.
Namun keindahan laut Sulsel menemukan puncaknya di Taman Nasional Takabonerate, atol terbesar ketiga di dunia. Dengan luas lebih dari 220 ribu hektare dan terumbu karang seluas 500 km², Takabonerate telah masuk daftar nominasi UNESCO sebagai Situs Warisan Dunia sejak 2005. Di kedalaman air sebening kristal, penyelam bisa menemukan surga karang yang berwarna-warni, rumah bagi ribuan biota laut tropis.
Tak jauh dari sana, Pantai Tanjung Bira di Bulukumba menghadirkan pasir putih sehalus tepung. Air lautnya bergradasi hijau toska hingga biru tua, sebuah lanskap yang sempurna untuk wisata keluarga hingga bulan madu. Dari pesisir ini pula, para pengrajin kapal pinisi legendaris bekerja, melanjutkan tradisi bahari Bugis-Makassar yang telah diakui UNESCO sebagai warisan dunia.
Negeri di Atas Awan
Jika pesisir menawarkan hamparan laut tanpa ujung, pegunungan Sulsel mempersembahkan panorama yang tak kalah magis. Malino, yang terletak di ketinggian 90 km dari Makassar, sudah sejak era kolonial Belanda dikenal sebagai tempat peristirahatan.
Udara sejuk 10–26 derajat Celsius, perkebunan teh dan markisa, serta latar Gunung Bawakaraeng menjadikan Malino sebagai destinasi alam yang elegan sekaligus menenangkan.
 Lebih jauh ke utara, dataran tinggi Toraja menyimpan budaya yang memikat dunia. Desa Kete Kesu menampilkan rumah adat Tongkonan berderet indah di kaki bukit, dihiasi ukiran kayu dan tanduk kerbau sebagai simbol status sosial. Tak jauh dari sana, Londa—kompleks kuburan di tebing batu—menawarkan pengalaman spiritual yang memadukan kesunyian alam dan tradisi leluhur.
Lebih jauh ke utara, dataran tinggi Toraja menyimpan budaya yang memikat dunia. Desa Kete Kesu menampilkan rumah adat Tongkonan berderet indah di kaki bukit, dihiasi ukiran kayu dan tanduk kerbau sebagai simbol status sosial. Tak jauh dari sana, Londa—kompleks kuburan di tebing batu—menawarkan pengalaman spiritual yang memadukan kesunyian alam dan tradisi leluhur.
Museum Ne’ Gandeng dan desa adat Pallawa menambah kekayaan Toraja sebagai destinasi etnografis kelas dunia. Di sini, wisatawan tak sekadar melancong, tapi juga belajar bagaimana masyarakat Toraja memaknai kehidupan dan kematian melalui upacara dan simbol-simbol sakral.
Kerajaan Kupu-Kupu
 Keajaiban alam Sulsel tidak berhenti pada laut dan pegunungan. Di Kabupaten Maros, Taman Nasional Bantimurung-Bulusaraung memperlihatkan bentang karst megah dengan goa-goa berornamen stalaktit dan stalagmit.
Keajaiban alam Sulsel tidak berhenti pada laut dan pegunungan. Di Kabupaten Maros, Taman Nasional Bantimurung-Bulusaraung memperlihatkan bentang karst megah dengan goa-goa berornamen stalaktit dan stalagmit.
Alfred Russel Wallace, naturalis legendaris, pernah menjuluki Bantimurung sebagai The Kingdom of Butterfly.
Ratusan spesies kupu-kupu beterbangan, menjadikan tempat ini laboratorium alami keanekaragaman hayati.
Gerbang Wisata Dunia
Dengan kombinasi laut, gunung, budaya, dan sejarah, Sulawesi Selatan sesungguhnya telah memiliki modal besar untuk menjadi destinasi wisata kelas dunia. Dari sail di atol Takabonerate hingga ritual adat Toraja, dari pasir putih Bira hingga senja di Losari, Sulsel menawarkan pengalaman pariwisata yang tak hanya indah dipandang mata, tetapi juga sarat makna budaya dan sejarah.
Kini, tantangannya tinggal pada promosi dan pengelolaan berkelanjutan. Jika dikelola dengan visi global dan kesadaran lokal, Sulsel bukan sekadar gerbang timur Indonesia, melainkan panggung wisata dunia yang memikat jiwa setiap pelancong.


